Rumah Majapahitan Tak Dilirik Wisatawan, Sebagian Dimakan Rayap
Mojokerto, sadhapnews.com - Pembangunan rumah bernuansa majapahitan yang menjamah 5 desa di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, tak sesuai ekspektasi.
Dari ratusan rumah yang telah berdiri, hanya segelintir saja yang dinilai “bermanfaat”. Seperti apa Kondisi bangunan yang menyerap anggaran puluhan miliar tersebut sekarang? Deretan rumah dengan dominan batu bata merah berdiri rapi di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Tampak indah dengan arsitektur yang disebut-sebut sebagai rumah tempo dulu. Untuk pembangunan rumah ini Pemerintah sudah menggelontorkan dana puluhan miliar. Ya, 5 tahun lalu pembangunan rumah bernuansa majapahitan ini diharapkan menjadi destinasi wisata yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat Trowulan dan sekitarnya.
Lokasi ini diharapkan menjadi satu dari lima desa yang akan menjadi jujukan wisatawan domestik dan internasional. “ rencananya memang terlalu muluk-muluk” ungkap ketua Asosiasi Desa Wisata (Asidewi) Kabupaten Mojokerto, Supriyadi. Namun, rencana itu rupanya tak dibarengi dengan langkah dan perencanaan apik nan matang.
Pasca pembangunan lima tahun silam, pemerintah nyaris tak pernah melakukan apapun. rumah warga yang telah berubah wajah alamat Japfa khitan dibiarkan begitu saja. Alhasil, tak sedikit warga yang kebingungan. Lihat saja dari 200 rumah yang di pugar di desa ini tak lebih dari 30 rumah saja yang pernah menjadi persinggahan wisatawan.
“Tidak banyak. Hanya 30 rumah saja yang bisa menikmati” imbuh dia. Ke-30 pemilik rumah yang bisa menikmati itu karena kediaman mereka sudah berulang kali menjadi homestay wisatawan Trowulan. Mereka menginap dengan fasilitas seadanya. Sementara sisanya yang mencapai 170 unit rumah Kini dimanfaatkan sebagai ruang tamu, toko, warung, tempat etalase, dan bahkan mangkrak.
“ tidak ada manfaatnya untuk kawasan wisata,” Papar perajin cor Kuningan ini. Bahkan, beberapa kali rumah diantaranya yang minim perawatan sudah jadi konsumsi Rayap. Supriadi menilai fungsi dan manfaat rumah Majapahit di kampungnya tak jauh beda dengan 4 Kampung lain yang turut dijamah sasaran pembangunan ini. sama-sama memprihatinkan.
Hal itu diakui kepala desa Temon, Kecamatan Trowulan, Sunardi. Dia menegaskan pembangunan rumah bernuansa majapahitan sejak tahun 2016 di desanya juga tak banyak memiliki fungsi dan pendukung wisatawan. “ tidak ada apa-apa. Karena setelah dibangun tidak ada perhatian dari pemerintah daerah,” tandasnya.
Ia berharap, pemerintah daerah sebagai stakeholder, melakukan upaya-upaya apik Untuk memanfaatkan rumah dengan arsitektur era Kerajaan Majapahit tersebut.(Tris)